Arti masokis adalah kelainan seksual waktu seseorang mengalami gairah seksual berkesinambungan saat disakiti dan disiksa.
Orang dengan kelainan masokis memiliki fantasi, dorongan, atau perilaku yang berkenaan dengan pengalaman berbahaya terhadap fisik atau psikologis sepanjang melakukan aktivitas seksual.
Gangguan masokis juga dalam sub kategori gangguan paraphilic (paraphilia), yakni minat seksual yang intens terhadap aktivitas seksual yang tidak lazim.
Gangguan paraphilic consultarucsunat.com sanggup menyebabkan gangguan fungsional dan membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Namun, biasanya orang dengan masokis atau yang terpengaruh oleh paraphilia tidak mengalami tekanan atau bahaya dari perihal tersebut, supaya tidak sanggup diklasifikasikan sebagai gangguan kesehatan mental.
Yuk, cari tahu selengkapnya penyebab, gejala, dan langkah menanggulangi masokis terhadap artikel tersebut ini!
Penyebab Gangguan Masokis
Hingga waktu ini, belum ada bukti konklusif berkenaan penyebab atau pemicu kelainan seksual masokis.
Namun, dianggap ada sebagian segi yang menjadi penyebab masokis, seperti:
- Faktor psikologis
Fantasi seksual masokis umummya terpengaruh oleh pengalaman psikologis seseorang. Beberapa individu barangkali memiliki pengalaman era lantas atau trauma, yang secara tidak langsung menghubungkan rasa sakit atau ketundukan dengan kepuasan seksual. - Faktor biologis dan neurologis
Dari sudut pandang biologis, masokisme seksual sanggup dikaitkan dengan langkah otak merespons rasa sakit dan kesenangan.
Aktivasi proses saraf tertentu sanggup menyebabkan pelepasan endorfin dan dopamin, dua zat kimia di otak yang terkait dengan perasaan euforia dan kebahagiaan.
Pada sebagian individu, kombinasi pada rasa sakit dan pelepasan hormon ini sanggup menciptakan pengalaman yang menyenangkan, yang sesudah itu memperkuat fantasi dan ketertarikan terhadap masokisme.
- Faktor sosial dan budaya
Lingkungan sosial dan budaya juga sanggup berperan dalam membentuk fantasi seksual masokis.
Paparan terhadap media, film, atau literatur yang melukiskan praktik masokisme sebagai suatu hal yang menarik sanggup menanamkan rasa penasaran dan ketertarikan terhadap rencana tersebut.
- Faktor psikoseksual
Aspek psikoseksual seseorang juga berperan dalam munculnya fantasi masokis. Beberapa individu barangkali memiliki motivasi untuk mengeksplorasi identitas seksual mereka dan melacak pengalaman yang lebih intens atau berbeda dari yang konvensional.
Yuk, Mengenal Penjelasan Fetish dari Sudut Pandang Psikologi.
Gejala Masokis
Masokis seksual bukanlah gangguan, sepanjang tidak menyebabkan penderitaan yang penting atau membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Kelainan seksual masokis biasanya berkembang terhadap umur dewasa muda, yakni di awali terhadap umur 19 tahun.
Namun, tidak jarang, seseorang didiagnosa mengalami fantasi masokis seksual di era pubertas atau era kanak-kanak. Selain itu, rangsangan dari fantasi masokis seksual lebih banyak dimiliki pria dibanding wanita.
Gejala masokis sanggup berupa:
Ketertarikan terhadap rasa sakit atau penghinaan. Contoh masokis adalah mereka merasakan kepuasan seksual dari pengalaman fisik atau emosional yang menyakitkan.
Fantasi atau motivasi berulang. Orang masokis adalah mereka yang kerap berkhayal atau mendambakan suasana di mana dirinya mengalami rasa sakit, ketundukan, atau penghinaan.
Jiwa masokis adalah mereka yang kesusahan memperoleh kepuasan tanpa unsur masokisme. Hasrat seksual barangkali tidak cukup terpenuhi tanpa ada elemen rasa sakit atau dominasi.
Keterlibatan dalam aktivitas BDSM (Bondage, Dominance, Sadism, dan Masochism). Seseorang secara tahu memilih untuk terlibat dalam praktik BDSM, yang melibatkan rasa sakit atau ketundukan. Yuk, Mengenal BDSM yang Berbeda dengan Kekerasan Seksual.
Tidak terasa terganggu oleh perilakunya. Menikmati pengalaman tersebut tanpa terasa malu atau bersalah, kalau kalau mengalami tekanan sosial.
Kamu harus tahu, 5 Kelainan Seksual yang Perlu Diketahui.
Apa Kata Studi berkenaan Masokis?
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh The Psychoanalytic telescopeslab.com Reviewpada 2017, menganalisis masokisme dari beragam perspektif psikologis dengan mengkaji literatur dari th. 1924 sampai 2012.
Hasilnya membuktikan bahwa, masokisme kerap berkembang dari pengalaman era kecil yang penuh tekanan, layaknya keterikatan yang menyakitkan atau pengalaman buruk dengan orang tua yang kasar.
Secara psikologis, masokisme berfungsi sebagai mekanisme untuk mengendalikan penderitaan dengan memilih rasa sakit yang lebih sanggup diprediksi.